Pattani ; Negeri Melayu Yang Hilang


Kerajaan Pattani pernah menjadi pusat perdangangan laut di tanah semenanjung Tanah Melayu. Pasang surut kehidupan menghempaskannya ke titik nadir. Aneksasi kerajaan Siam di awal abad 20 menghapus jejaknya sebagai sebuah Negeri Melayu Muslim.

Sejarah awal berdiri berdiri kerajaan atau kesultanan Pattani masih tersaput misteri. Dalam catatan sejarah tidak dapat di pastikan asal usul atau kapan tepatnya kerajaan ini didirikan. Namun jika mengikuti catatan para penggelana dari Cina yang berhubungan dengan negeri-negeri Asia Tenggara pada abad kedua masehi, sebuah negeri bernama Lang-ya-Shiu atau langkasuka telah berwujud ketika itu. Berpedoman pada catatan tersebut, ahli-ahli sejarah Eropa percaya bahwa negeri Langkasuka yang terletak di pantai Timur Semenanjung tanah Melayu, antara senggora(Songkhla) dan kelantan itu adalah lokasi asal negeri Pattani.

Sejarawan A. Teeuw dan Wyatt berpendapat bahwa pattani telah muncul sekitar pertengahan abad ke-14 dan ke- 15. Pendapat mereka berdasarkan pada tulisan Tomes Pires dan lawatan Laksamana Cheng Ho dalam tahun 1404 Masehi. Adapun jika mengikuti Hikayat Raja Pattani, Kerajaan ini bermula dari kerajaan Melayu yang berpusat di kota Mahligai Melayu yang diperintahkan oleh Phya Tu Kerab Mahayana. Karena kedudukan kota Mahaligai yang terlalu jauh ke pedalaman dan sukar di datangi oleh para pedagang menyebab Phya Tu Antara, putra mahkota Phya Tu Kerab Mahayana, memindahkan pusat kerajaannya ke sebuah perkampungan nelayan yang kemudian di beri nama "Pattani". Kampung ini ditengarai berpusat di Kampung Grisek, wilayah Pattani sekarang.

Letak Pattani yang stategis secara geografi di semenanjung Siam telah menarik dan menjadi tumpuan para pedagang dari Barat atau Timur untuk singgah dan berniaga. Dalam waktu singkat, Pattani telah muncul menjadi sebuah kerajaan yang penting dan maju dari segi ekonomi serta stabil dalam segi politik dan pemerintahan.

Agama Islam telah membawa angin perubahan yang bermakna kepada Pattani. D'Eredia seorang pengembara Portugis, telah menulis pada tahun 1613, bahwa Islam telah masuk ke Pattani lebih awal dari Malaka. Phya Tu Antara, yang memeluk Islam melalui ulama dari Pasai (Aceh),Syeikh Said, mengganti namanya menjadi Sultan Ismail Syah Zillullah Dil Alam. Sejak itu pula, Pattani menjadi tumpuan para saudagar Islam dan menjadikannya sebagai pusat perdagangan Timur-Barat yang terkenal.

Selain maju dalam bidang ekonomi. Pattani juga terkenal kuat secara Militer. Hal ini terbukti dari kemampuannya mematahkan Serangan Kerajaan Siam hingga empat kali, yakni pada tahun 1603, 1632, 1634, dan 1638. Walau demikian, kehebatan ini tak bertahan lama. Dan pada tahun 1651 kerajaan Pattani mengalami kemerosotan secara politik, ekonomi maupun militer. Daya tarik pelabuhannya merosot seiring banyaknya pusat niaga di Johor, Malaka, Aceh, Banten dan Batavia(Jakarta). Malang bagi Pattani, seiring kemorosotan ini, Siam akhirnya dapat menaklukkan Kerajaan Islam ini pada tahun 1785. Sejak itu pula Pattani berada dalam cengkeraman Siam.

Meski demikian, rakyat Pattani tetap bangkit dan berusaha membebaskan diri dari kungkungan Siam ini tidak hanya dimonopoli rakayat biasa, tapi juga melibatkan para ulama. Diantara ulama yang turut bangkit adalah Syeikh Daud Al-Fathani, seorang ulama besar negeri itu.

Menurut DR. Nik Anuar Nik Mahmud pakar sejarah dari Universitas Kebangsaan Malaysia, penaklukan Siam terhadap Pattani ini tidak effektif, karena rakyat terus melakukan perlawanan. "Oleh sebab itu , Siam meminta bantuan Inggris dalam menumpas gerakan ini,"Kata Nik Anuar.

Lebih lanjut Nik Anuar menjelaskan ," Siam dapat meminta bantuan Inggris karena kedua negara terikat oleh sebuah perjanjian, yakni apabila orang-orang Melayu Pattani bangkit, maka inggris akan memberi bantuan dan mematahkan pemberontakan tersebut."


Terus-menerus diminta bantuan oleh siam dalam memadamkan perlawanan Pattani membuat Inggris capek juga . Negara penjajah terbesar itu memaklumkan kepada Siam bahwa ia sudah tak mampu lagi memberi bantuan dan menasihati Siam agar menyerahkan kembali kepada Pattani kepada orang-orang Melayu sebagaimana semula. Artinya, menyerahkan kembali urusan pemerintah Pattani kepada orang-orang Melayu.

Sebab kalau tidak , kata Nik Anuar maka situasi tidak akan pernah aman, akan menganggu kepentingan Inggris di pulau Pinang dan Selat Malaka, terutama dalam hal perniagaan. " Pejuang-pejuang Pattani akan terus menganggu dan melancarkan serangan terhadap aktivitas perniagaan di selat Malaka. Tentu saja hal ini akan merugikan Inggris." Ungkapnya.

Akhirnya pada tahun 1842 Siam menyerahkan kembali urusan pemerintahan Pattani kepada orang-orang Melayu. Keadaan pun menjadi aman dan tenang. Walau demikian, ketenangan itu bukannya tanpa harga. Tiap tiga tahun sekali, Kesultanan Pattani menyerahkan upeti berupa emas dan perak kepada Kerajaan Siam sebagai tanda bakti dan kesetian. Dengan begitu pihak Siam tidak akan campur tangan dalam urusan internal Kesultanan Pattani.

Sayang, ketenangan ini tidak berlangsung lama. Pada akhir abad ke 19, tepatnya tahun 1899, Raja Siam Chulalongkorn, mulai mencampuri urusan internal Pattani seerta menjadikan negeri ini sebagai bagian dari Kerajaan Siam. Chulalongkorn menetapkan seorang Gubernur sebagai kepala pemerintahan di Pattani yang langsung bertanggung jawab kepada dirinya. Namun, gubernur yang di pilih ini bukanlah orang Melayu, tapi orang Siam yang beragama Buddha. Seorang gubernur yang tak bisa berbicara Melayu dan tidak memahami adat-istiadat atau budaya Melayu-Islam. Putusan Chulalongkorn ini di tentang oleh Raja Pattani terakhir waktu itu, Tengku Abdul Kadir Kamaruddin. Akibat penentangannnya , Abdul Kadir di tahan oleh Ke
rajaan Siam pada tahun 1902.




Menurut Nik Anuar ,inilah pangkal mula terjadinya konflik di Pattani." Bila pemerintahan itu jahil, tidak bisa bercakap melayu serta tidak mengerti budaya Islam, maka akan terjadi Communication gap (kesenjangan komunikasi). Kalau negeri itu (Pattani) diperintah oleh orang Siam yang tak mengerti Melayu, maka akan timbul masalah," Ujar penulis buku Sejarah Perjuangan Sejarah Melayu Pattani ini.



Bersambung ke tulisan ke 2


0 Komentar:

Post a Comment

Tinggalkan Komen Anda disini!Terima kasih

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...